<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4


(7) Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) (8) Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (9) Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

(QS.55 : 7 – 9)

Kita sedang membicarakan tentang suatu keadaan, dimana tidak akan pernah ada sesuatu didalam dunia ini yang akan berjalan dengan baik tanpa didasari oleh keadaan ini. Keadaan tersebut adalah keseimbangan. Sebuah kata yang sangat simple, namun memiliki arti yang sangat mendalam dan sangat representative dalam kehidupan kita sehari – hari. Adakah sesuatu yang bisa eksis di alam semesta ini tanpa adanya keseimbangan? Dan tidak hanya manusia, atau tidak hanya makhluk hidup saja, keseimbangan adalah keniscayaan bagi seluruh materi atau zat yang ada di dalam alam semesta ini. Apakah itu partikel terkecil seperti atom, yang mana kandungan proton dan neutron nya haruslah seimbang, hatta sampai kehidupan ruang angkasa, tata surya, dan segalanya yang ada di alam raya ini juga haruslah seimbang. Mari kita bayangkan sejenak, andaikata gravitasi bumi dikurangi dari bobot awalnya, apakah yang akan terjadi? Mungkin kita akan melihat air hujan akan mengapung di udara, karena tertahan oleh lemahnya gravitasi bumi. Sebaliknya, jika gravitasi bumi ini meningkat dari kadar awalnya, apa yang akan terjadi? Kita pasti akan mengeluarkan energy lebih banyak untuk berjalan kaki, atau kita jadi tidak bias mengangkut beban yang berat lagi, dan sebagainya. Ini menjadi nash yang cukup menguatkan, betapa seluruh alam ini membutuhkan yang namanya keseimbangan.

Sekarang mari kita berbicara keseimbangan dalam ranah kehidupan kita sebagai hamba Allah SWT. Allah SWT telah mewanti – wanti kepada kita untuk tetap hidup dalam fitrah yang sudah ditetapkan olehNya semenjak kita diciptakan dahulu. Dan keseimbangan, adalah salah satunya.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

(QS.30:30)

Jelaslah bagi kita, bahwa Allah SWT sangat menuntut kita untuk hidup dalam keseimbangan. Hanya itu yang akan membuat kita bahagia dan menjadi hamba Allah yang seutuhnya. Makanya ada sebuah pepatah yang mengatakan, “keseimbangan adalah hokum alam. Jika anda tidak hidup dalam keseimbangan, berarti anda menentang alam. Anda tidak akan bahagia”

Saudaraku, dalam hal kehambaan kita kepada Allah SWT, ada 3 aspek dalam hidup ini yang harus kita seimbangkan :

1. Jasad

Jasad kita adalah asset yang sangat berharga yang Allah titipkan kepada kita. Oleh karenanya, adalah keharusan bagi kita untuk memenuhi hak dari tubuh kita ini, berupa nutrisi tubuh kita yang bergizi dan halal. Ini bukan hanya saran dari dokter – dokter yang selalu kita dengarkan, akan tetapi lebih dari itu, ini adalah perintah Allah SWT kepada kita.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS.2 : 168)

Yang sering terjadi adalah, kebanyakan manusia terlalu sibuk mengejar karirnya dan sering melupakan hak dari tubuhnya, akhirnya, menzholimi diri sendiri. Jadi, mari kita penuhi kebutuhan jasad kita dengan seimbang, dan jangan sampai kita menjadi orang yang mendzholimi diri sendiri. Jika dengan diri sendiri kita sudah berlaku dzolim, bagaimana pula, dengan orang lain? Na’udzubillah…

2. Akal

Akal adalah pemberian istimewa yang Allah berikan kepada kita. Inilah yang menjadi indicator pembeda antara manusia dan hewan. Dan penggunaan serta pemanfaatannya yang akan mejadi indicator pembeda, antara manusia yang berakal dan manusia yag tidak berakal. Maka dari itu, akal juga harus selalu kita beri nutrisi, yakni ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Agar senantiasa dapat memahami segala kebesaran Allah SWT. Ini sebabnya kenapa wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT adalah perintah untuk membaca, bukan beribadah seperti sholat, dakwah, zakat, dan yang lainnya..

1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.96 : 1 – 5)

3. Ruh

Nah, ini yang agak menarik. Karena pemenuhan kebutuhan ruh pada zaman sekarang ini adalah yang paling urgent, namun juga yang paling banyak terlupakan. Banyak orang yang berlomba – lomba menggemukkan tubuhnya, juga menggemukkan pengetahuannya, akan tetapi tak pernah mau berfikir untuk menggemukkan ruhiyahnya. Ironis? Memang. Disaat berbagai arus budaya globalisasi yang begitu parahnya, justru ummat manusia melupakan kebutuhan ruhiyahnya, yakni kedekatan dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Menghadiri majelis – majelis yang didalamnya dibacakan ayat – ayat Allah adalah sesuatu yang ‘kuno’ menurut kita. Disinilah terjadi ketidak seimbangan itu. Akhirnya, tubuh yang sehat, pengetahuan yang banyak tidak dibarengi dengan kedekatan dengan Sang Pencipta tubuh dan akal tadi, sehingga yang terjadi adalah pengerusakan alam, korupsi, narkoba, dan segala perilaku menyimpang lainnya. Allah SWT mengingatkan kita akan pentingnya kebutuhan nutrisi ruhiyah itu sebagai berikut

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.3 : 191)

Nah, saudaraku, mari kita mulai mencoba untuk senantiasa menyeimbangkan kembali kehidupan kita. Islam bukanlah agama yang mengutamakan salah satu diantara ketiga aspek tadi, namun ia nya harus dipenuhi secara menyeluruh dan seimbang. Karena islam adalah agama fitrah, dan keseimbangan adalah salah satu wujud fitrah. Kita tidak akan bias masuk syurga tanpa ruhiyah yang kokoh, ruhiyah yang kokoh tak akan bias kita dapatkan tanpa pemahaman / pengetahuan yang baik dan menyeluruh tentang islam, dan pengetahuan yang baik tadi, tidak akan bisa kita peroleh jika tubuh / jasad kita tidak dalam kondisi sehat. Sekali lagi, semua harus seimbang, bukan?

Wallahu’alam…


Begitu banyak warna dalam "perjalanan" kita. Ada yang bertahan, namun tak sedikit pula yang berjatuhan pergi meninggalkannya. seringkali sosok yang kita harapkan bertahan bersama - sama kita dalam kendaraan ini justru menjadi yang berguguran, dan tak jarang yang kita tak duga, yang selama ini jauh dari kita justru menjadi yang bertahan dengan segala kondisinya. Memang benar yang dikatakan guru kita, "Banyak manusia yang bersama kita, namun mereka sesungguhnya bukan kita, dan banyak pula yang jauh diluar kita, namun sesungguhnya mereka adalah bagian dari kita".. Karena sesungguhnya perjalanan ini adalah perjalanan dengan menggunakan kekuatan hati. Dan berbicara soal hati,, yang namanya hati seseorang tak ada yang tahu, dan tak akan ada yang berhak mengetahuinya kecuali si pemilik hati, dan si Pengendali hati.



Dan jangan lupa,, yang bertahan pun bukan tanpa tantangan,, berbagai kompleksitas masalah menghampiri saban waktu. Berbanding lurus dengan kuantitasnya. tentu saja..! dari seabrek manusia yang mengemban amanah suci ini, maka seabreg pula perangai dan tabiatnya. mujur jika kita kebetulan sering berinteraksi dengan yang memang se-tipe dengan kehendak kita. Namun, sialnya kalau kita harus berhubungan dengan orang yang tidak sepaham dengan kita. gesekan2 itu mulai berdatangan. Akan tetapi atas nama Ukhuwah, kita mengabaikan itu. kita paksakan diri kita untuk mencintai semua saudara kita, bagaimanapun brengseknya dia!



Beginilah jalan yang bernama Dakwah ini mengajarkan kita.

Tentang Ukhuwah,, Tentang Pengorbanan, Tentang Keikhlasan...

Kadang kesal, kadang lelah, kadang canda, kadang tawa.

Tak kuat rasanya untuk terus bertahan, namun sayang untuk ditinggalkan,, setelah semua yang telah dberikan oleh dakwah ini untuk kita. :)



Kadang terlontar pertanyaan dari hati ini,, "Duh, Robbi,, kapan kami bisa beristirahat dalam perjalanan ini..??"..

dan ALLoh pun sudah menjawabnya,, "Nanti,, akan tiba waktunya ketika kaki - kaki kalian sudah menginjak Syurgaku,, kalian bisa beristirahat, dan berbagi cerita dengan para pejuang lainnya"..



Subhanalloh...

Lelah itu begitu nikmat..!!

:D



*Pekanbaru, 08/01/2011





-554-