Menjadi seorang da'i merupakan sebuah pilihan mulia, namun ia tidak mudah. Pekerjaan utama bagi seorang da'i sebagaimana yang kita tahu ada 2, amar ma'ruf dan nahi munkar. Namun sejauh manakah kita memahami kedua kerja tersebut? Apakah cukup kita memahami bahwa amar ma'ruf artinya adalah menyuruh manusia menegerjakan kebaikan, dan nahi munkar adalah melarang manusia berbuat kemunkaran? Itu benar, namun ada tugas besar yang lebih kompleks yang mengiringi 2 kerja besar tadi.
Dalam ber amar ma'ruf, kita tidak saja dituntut untuk menyeru orang - orang untuk mengerjakan yang ma'ruf, namun lebih jauh daripada itu, kita dituntut untuk melakukan konsolidasi, koordinasi dan memobilisasi seluruh potensi positif konstruktif kita untuk memberikan sebesar - besarnya maslahat bagi ummat, bagi bangsa, bagi jamaah dan bagi dakwah ini. Kita tidak hanya menyeru, dalam artian sempit, berceramah, menyampaikan tausiyah, menulis artikel, dan yang lainnya, kita juga harus membuat gerakan - gerakan nyata untuk menciptakan kemaslahatan ummat bersama - sama. sekali lagi, bersama - sama. karena orang - orang yang menginginkan kebaikan untuk ummat ini harus dikonsolidasikan, dimobilisasi dan di koordinasikan untuk bergerak bersama, tidak bisa dengan jalan sendiri - sendiri. Sehingga segala macam potensi konstruktif itu berkumpul membentuk sebuah bola salju yang memiliki daya dobrak yang tinggi. Karena Allah menyukai orang - orang yang berjihad di jalan Nya dalam barisan yang teratur. kekuatan besar yang sudah terkonsolidasikan, terkoordinasikan, dan termobilisasi dengan baik ini, akan mudah untuk melakukan amar ma'ruf yang sebenarnya. Menyeru orang lain kepada kebaikan, atau merancang kondisi yang memaksa orang - orang lain harus melakukan kebaikan. Misalnya dengan peraturan - peraturan yang mengikat, misalnya Undang - Undang di parlemen, peraturan di perusahaan, dan lain sebagainya. Dengan kerja - kerja inilah Allah akan memberkahi negeri ini, atau setidaknya menunda azzab Nya kepada negeri nan permai ini, karena Dia telah berfirman :
وَمَا ڪَانَ رَبُّكَ لِيُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمٍ۬ وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ
"Dan Tuhanmu sekali -kali tidak akan membinasakan negeri - negeri secara dzalim, sedang penduduknya orang - orang yang berbuat kebaikan" (QS. Huud : 117)
maka usaha kita dalam menyeru kepada kebaikan, harus dilakukan secara optimal. Tidak hanya menyeru saja, namun juga men
-setting keadaan yang memaksa orang - orang untuk berbuat kebaikan. Dan untuk mengatur hal itu, dibutuhkan kekuatan besar yang solid, terkoordinir, dan mampu untuk terus bergerak secara
mobile.
Dan begitu juga dengan pekerjaan
nahi munkar.
Kita sering hanya terpaku pada : melarang orang untuk berbuat kemungkaran, atau paling
extreme nya kita akan menghakimi orang - orang yang berbuat kemungkaran itu. Sebenarnya itu tidaklah salah. Namun ada pekerjaan lain yang lebih bijaksana lagi untuk kita kerjakan. Kita harus mempersempit ruang gerak, atau melemahkan
manuver - manuver potensi negatif destruktif yang kita sebut kemungkaran itu. Supaya mereka tidak memprovokasi kehidupan ummat dalam bermasyarakat di negara ini, tidak mengintimidasi dakwah - dakwah yang kita kerjakan, agar tidak mematikan gerakan - gerakan jama'ah dakwah. Ini akan lebih mudah untuk dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan yang digenggam oleh orang - orang baik. Saya contohkan, jika seorang pimpinan perusahaan adalah juga seorang da'i, maka ia akan memanfaatkan kekuasaan yang ia miliki untuk "memaksa" karyawannya mengikuti jalan kebenaran, dan menjauhi segala potensi kemungkaran, setidaknya di jam kantor dan dalam lingkungan kantor yang ia pimpin. Inilah yang disebut dengan menunggangi kekuasaan untuk kebaikan. Tidak salah jika khalifah Ustman bin Affan Ra. berujar dalam salah satu taujihnya :
"Bahwa Allah itu mengendalikan dengan kekuasaan apa - apa yang tidak bisa dikendalikan Al - qur'an". Seperti inilah hakikat kerja dakwah sebenarnya.
Jadi kesimpulannya, yang namanya segala potensi kebaikan, haruslah dikonsolidasikan, dikoordinir, dan dimobilisasi dengan sebaik - baiknya, agar ia menjadi kuat dan mempunyai
power untuk memaksa orang - orang mengikutinya. Dan yang namanya kemungkaran itu bisa dipersempit ruang geraknya, bisa dilemahkan pergerakannya, namun tidak bisa dihilangkan sama sekali. Karena yang namanya kebaikan dan keburukan adalah fitrah dari manusia. Tapi tidak perlu khawatir, ketika kita secara optimal dapat memobilisasi kerja
amar ma'ruf tadi, maka kita secara sekaligus juga akan mengeliminir dari potensi kemungkaran yang terjadi, karena perbuatan - perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan - perbuatan yang buruk :
إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ ذَٲلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٲكِرِينَ
"Sesungguhnya perbuatan - perbuatan yang baik itu akan menghapus (dosa) perbuatan - perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang - orang yang ingat." (QS. Huud : 114)
Ya, begitulah sedikit berbagi mengenai hakikat amar ma'ruf & nahi munkar, yang mungkin selama ini belum kita fahami maknanya secara luas, namun ternyata menyimpan makna yang sangat luar biasa untuk dicerna, dan tentu saja dilakukan.
Wallahu 'alam...